Tokoh ini
sangat aku sukai, baik dari karakter maupun visi hidupnya.. seolah-olah tokoh
ini selalu menjadi inspirasi bagi aku – seperti yang dituturkan oleh bapakku
beberapa tahun lalu. Ada banyak versi dari tokoh wayang Palgunadi, berikut ini aku mau uraikan salah satu versi Palgunadi menurut wayang jawa yang aku
rangkum dari beberapa sumber.
Palgunadi adalah seorang pangeran
dari kaum Nisada. Kaum ini adalah kaum yang paling rendah yaitu kaum pemburu,
namun memiliki kemampuan yang setara dengan Arjuna dalam ilmu memanah. Kelak Palgunadi akan menjadi raja negara
Paranggelung, gelar kebangsawanannya ialah Prabu Ekalaya. Palgunadi juga mempunyai isteri yang sangat cantik dan sangat setia
bernama Dewi Anggraini atau Putri
Hapsari atau Bidadari Warsiki.
Palgunadi sangat sakti dan sangat
mahir mempergunakan senjata panah. Ia juga mempunyai cincin pusaka bernama
Mustika Ampal yang menyatu dengan ibu jari tangan kanannya. Palgunadi berwatak; jujur, setia, tekun
dan tabah, sangat mencintai istrinya. Palgunadi
adalah seseorang yang gigih dalam menuntut ilmu. Suatu ketika Palgunadi mendapatkan bisikan ghaib
untuk mempelajari ilmu atau ajian Danurwenda yang kebetulan hanya dimiliki oleh
Resi Drona. Keinginannya yang kuat untuk menimba ilmu panah lebih jauh,
menuntun dirinya untuk datang ke Hastina dan berguru langsung pada Drona.
Namun
niatnya ditolak, dikarenakan kemampuannya yang bisa menandingi Arjuna, dan
keinginan dan janji Drona untuk menjadikan Arjuna sebagai satu-satunya ksatria
pemanah paling unggul di jagat raya, yang mendapat pengajaran langsung dari
sang guru. Ini menggambarkan sisi negatif dari Drona, serta menunjukkan sikap
pilih kasih Drona kepada murid-muridnya, dimana Drona sangat menyayangi Arjuna
melebihi murid-murid yang lainnya.
Penolakan
sang guru tidak menghalangi niat Palgunadi
untuk memperdalam ilmu keprajuritan, ia kemudian kembali masuk kehutan dan
mulai belajar sendiri dan membuat patung Drona serta memujanya dan menghormati
sebagai seorang murid yang sedang menimba ilmu pada sang guru. Berkat kegigihannya
dalam berlatih, Palgunadi menjadi
seorang prajurit yang
gagah
dengan kecapakan yang luar biasa dalam ilmu memanah, bahkan lebih pandai
daripada Arjuna, murid kesayangan Drona.
Berkat
kegigihannya, patung tersebut akhirnya disusupi oleh Sang Hyang Widhi yang
kemudian memberikan Palgunadi cincin
pusaka Mustika Ampal – yang berisi segala macam kesaktian memanah, kesaktian yang
membuatnya menjadi seorang ksatria unggul yang tak terkalahkan. Ketika para
pendawa telah menetap di Indrapasta, Palgunadi
ingin memberi
persembahan
kepada gurunya Resi Dorna di Hastinapura untuk memberitahukan bahwa Palgunadi kini telah menikah dan menjadi
seorang raja, yang bergelar Prabu Bambang Ekalaya.
Kotak-kotak
persembahan itu kemudian dibawa oleh istri Palgunadi
(Dewi Anggraini) dengan dikawal
beberapa ponggawa. Dalam perjalanan mereka diserang oleh sekelompok raksasa
yang membunuh seluruh ponggawa. Istri Palgunadi
berhasil melarikan diri tapi para raksasa terus mengejar. Ketika melarikan
diri, Istri Palgunadi terperosok
masuk kedalam gua
tempat
Arjuna bertapa. Tapa Arjuna jadi terganggu dan terbangun dari tapanya. Ketika
melihat sang putri cantik yang dikejar2 oleh raksasa, Arjuna segera mengambil
busur dan panahnya dan dalam sekejap menumpas gerombolan raksasa. Setelah
selesai menumpas raksasa2, Arjuna menjadi tertarik oleh istri Palgunadi yang cantik.
Arjunapun
terpikat oleh Dewi Anggraini, tetapi
Dewi malah menolaknya. Arjunapun berniat memperkosanya – dan mengejar-ngejar
Dewi Anggraini sampai ke pinggir
tebing dimana sang Dewi memilih melompat, Arjuna menjadi terkejut melihat hal
ini dan menyesali tindakannya. Untungnya, ibu sang putri yang merupakan seorang
bidadari turun dari kahyangan untuk menolong putrinya. Istri Palgunadi pun dibawa kembali ke hadapan
Palgunadi oleh sang ibu, ketika
ditanya apa yang terjadi dijelaskan bahwa Arjuna telah lupa sopan santun dan
berusaha mendekati istrinya. Palgunadi
menjadi marah dan bertekad untuk membunuh Arjuna.
Kabar
berita ini mulai terdengar oleh Arjuna. Mendengar begitu tingginya ilmu Palgunadi, Arjuna sadar bahwa ia tidak
mungkin mengalahkan Palgunadi.
Perasaan gundah Arjuna bisa dibaca oleh Drona, yang juga pernah berjanji pada
Arjuna bahwa hanya Arjuna-lah murid yang terbaik diantara semua muridnya. Pertarungan
yang sengit antara Palgunadi dan
Arjuna pun berlangsung. Berkali-kali Palgunadi
mati terkena serangan Arjuna, tapi Palgunadi
tidak bisa mati karena memilik cincin pusaka Ampal di jarinya yang melindungi
dari segala marabahaya dan kematian. Palgunadi
pun menggunakan ajian Ampal sebagai pamungkas, terkena ajian ini Arjuna pun terjatuh
dari kudanya – dan mati.
Sri
Kresna segera memunculkan diri untuk mengambil jenasah Arjuna dan membawanya
kembali. Setelah dibawa kembali, Sri Kresna mengeluarkan Aji Wijayakusumah
untuk menghidupkan Arjuna kembali. Arjuna yang dihidupkan kembali menyesal
karena dia telah mencoreng nama Pendawa dari sikap ksatria. Tetapi oleh Sri
Kresna dijelaskan bahwa tenaga Arjuna masih diperlukan oleh Pendawa di masa
depan ketika terjadi perang besar antara kebaikan melawan kejatahan. Arjuna
kemudian kembali berkata bahwa dia tidak rela hidup selama Palgunadi masih hidup. Oleh Sri Kresna kemudian dijelaskan cerita
tentang kesaktian cincin Ampal yang dimiliki Palgunadi.
Di malam
hari, Drona dan Arjuna menggunakan aji Halimunan untuk menyelinap ke istana Palgunadi, para ponggawa tertidur
nyenyak terkena Aji Sirep Sri Kresna. Tetapi pada waktu itu Palgunadi masih belum tidur karena
sedang bersemedi di hadapan patung Dorna yang selalu dibawanya kemana saja.
Kemudian Dorna berkata bahwa Palgunadi
telah bersalah karena telah membunuh murid kesayangannya Arjuna. Dorna tersebut
kemudian meminta cincin wasiat yang telah membunuh Arjuna. Tetapi cincin ini
tidak bisa dicabut dari jari Palgunadi,
akhirnya Dorna memutuskan untuk memotong jari Palgunadi. Peristiwa ini mengakibatkan Palgunadi kehilangan seluruh kesaktiannya. Setelah Palgunadi kehilangan seluruh kesaktiannya,
Arjuna mengambil keris Palgunadi
yang kemudian ditusukkan kepada Palgunadi
sendiri sehingga terlihat bahwa Palgunadi
telah bunuh diri.
Drona dan
Arjuna pun meninggalkan istana Palgunadi
. Dari situ arwah Palgunadi berjanji
akan menuntut balas kepada Resi Dorna yang telah merencanakan pembunuhannya.
Mengetahui
kematian suaminya, Dewi Anggraini
bersedia melakukan bela pati, bunuh diri untuk kehormatan suami dan dirinya
sendiri. Dewi Anggraini mati sebagai
lambang kesetiaan seorang istri terhadap suaminya. Walaupun menghadapi godaan
yang berwujud keindahan dan kelebihan orang lain, namun Dewi Anggraini tetap teguh cinta kesetianya kepada
suaminya. Dalam perang Bharatayuda kutuk dendam Palgunadi menjadi kenyataan. Arwahnya menyatu dalam tubuh Arya
Drestadyumena satria Pancala, yang memenggal putus kepala Resi Drona hingga
menemui ajalnya.
No comments:
Post a Comment